Kategori

Senin, 11 Februari 2013

Kumpulan artikel


Baju Daging Lady Gaga Bikin Heboh Jepang
Kamis, 17 Mei 2012 - 14:08 wib
Maria Cicilia Galuh - Okezone
Lady Gaga (foto: Aceshowbiz)
Lady Gaga (foto: Aceshowbiz)
TOKYO - Lady Gaga memiliki salah satu gaun yang cukup monumental bernama gaun daging karena memang gaunnya terbuat dari daging mentah asli.

Pada 2010, Gaga pernah menggunakan kostum tersebut di ajang MTV Video Music Awards. Gaun ini pun menjadi soroton banyak pihak, pasalnya daging yang digunakan Gaga untuk gaunnya merupakan daging betulan.
Pada konser tur Gaga bertema The Born This Way Ball di Tokyo pada hari Senin, 14 Mei waktu setempat, dia kembali mengenakan kostum daging tersebut. Namun kali ini dia menggunakan daging imitasi. Sebuah foto yang diambil oleh Terry Richarson memperlihatkan Gaga sedang berdiri diantara daging hewan buatan. Dalam foto tersebut, Gaga terlihat sedang menyanyi menggunakan gaun pendek berwarna merah darah daging.

Gaun yang sekarang dikenakan oleh pelantun “Marry The Night” ini dinilai sebagian orang tidak sebagus yang dikenakannya pada tahun 2010. Gaun yang dulu dikenakan oleh Gaga merupakan hasil rancangan desainer Franc Fernandez. Franc mengaku setelah Lady Gaga menggunakan gaun daging rancangannya, namanya dikenal ke seluruh dunia.

“Gaun daging itu merupakan titik balik untuk saya. Apa yang kami buat bersama-sama itu mendapat banyak perhatian dari orang-orang. Wow bayangkan sepotong pakaian itu menarik perhatian orang-orang baik positif maupun negatif. Tapi itu sangat gila,” Franc, dilansir Aceshowbiz, Kamis (17/5/2012).

Setelah tampil di Tokyo, Gaga akan konser di Taipe akhir bulan ini dan menggelar dua kali konser di sana. Lalu Lady Gaga konser di Indonesia pada 3 Juni, tapi sayangnya sampai saat ini konsernya masih belum jelas.

sumber:
 Okezone.com,



 Senin, 30/07/2012 13:32 WIB
Oppie Andaresta: Balada Ibu, dan Lagu Anak
Oleh: Oppie Andaresta
Jakarta - Kami di tempat karaoke, Kai (anak saya) nyanyi lagu Playboy -7icons. score 97! #takjub.” Begitu status Facebook saya pada 3 Juli 2012. Perasaan saya campur aduk. takjub, senang, geli, miris. Untuk anak 5 tahun, tingkat kesulitan lagu itu cukup tinggi, meski liriknya jelas bukan untuk anak 5 tahun. Pilihan lagu karaoke memang 99.9 persen lagu dewasa. Ada satu lagu anak ,“Balonku”, yang diaransemen disco koplo.
Kenyataannya, sejak era Tasya Kamila dengan lagu “Libur T’lah tiba”, lagu anak-anak nyaris tak berbiak lagi. Kalaupun ada, hanya me-recycle lagu-lagu lama, lagu kanak-kanak saya. Kondisi ini sejalan dengan kondisi industri musik Indonesia yang nyungsep (terjun bebas). Saya pernah menawarkan album anak ke beberapa label rekaman, hasilnya nol besar. Mereka bilang tak ada ruang untuk promosi.
Lagu-lagu karya AT Mahmud dan Ibu Sud mendominasi masa kanak-kanak saya. Lagu yang sederhana dan indah. Notasi dan liriknya sangat kuat. Kita mempelajarinya di sekolah. Saya ingat ketika saya dan Anggun C. Sasmi menjadi finalis lomba nyanyi tingkat SD se-DKI, kami membawakan lagu “Malam Tiba” karya Ibu Sud.

Lagu itu menceritakan tentang suasana pedesaan saat senja. Waktu itu saya mendapat selembar kertas dengan lirik dan not angka untuk dipelajari, bukan CD seperti zaman sekarang. Saat menyanyikannya, tergambar di benak saya gunung, sawah, sungai dan anak kecil yang menggembalakan kerbau. Persis seperti lukisan pemandangan di dinding rumah nenek.
Ada beberapa lagu kanak-kanak saya yang sampai sekarang masih sering dinyanyikan, seperti lagu “Ambilkan Bulan” yang baru saja dipopulerkan kembali. Bagian favorit saya: “Ambilkan bulan Bu/Untuk menemani/Tidurku yang nyenyak di malam gelap.” Betapa romantisnya lagu ini. Lagu ”Naik Kereta Api” dan “Balonku” adalah lagu paling hits untuk semua anak Indonesia di segala zaman, juga kerap saya nyanyikan bersama anak.
Tapi persoalannya adalah anak-anak sekarang berbeda. Informasi dan pengetahuan serta daya serap mereka luar biasa. Mereka dengan fasih menyanyikan lagu ”Playboy ”-nya 7 icons atau ”Baby”-nya Justin Bieber. Anak saya bahkan mengenal lagu “After the Gold Rush” milik Neil Young atau lagu “I Gotta Feeling” dari Black Eyed Peas.

Saat Kai Bejo (anak saya) berusia dua bulan, ia mendapatkan kiriman CD anak produksi Fisher Price Music berjudul Bath Time dari Jane Smith, kenalan saya di Kanada.
Fisher Price adalah perusahaan mainan anak-anak terkenal. Mereka juga memproduksi CD untuk ibu hamil, balita sampai anak 10 tahun. Sesuai dengan judulnya, Bath Time, CD berisikan lagu-lagu yang becerita tentang keasyikan mandi dan bermain air. CD ini saya putar ketika memandikan Kai Bejo. Betapa terkejutnya saya ketika mendengarkan musiknya. Musik ini untuk anak balita, tapi musikalitasnya luar biasa. Luas tak berbatas. Liriknya sangat cerdas dan mendidik serta menghibur. Bayangkan, anak balita disuguhkan musik jazz, rock & roll, reggae. Dengan indah.

Lagu The Beatles, “Yellow Submarine”, juga diaransemen ulang. Bahkan lagu tradisional seperti “Itsy Bitsy Spider” diaransemen ala Paul Simon. Tertulis di credit title, DR Linda Cameron, seorang profesor psikologi pendidikan dan Dr Lee R. Bartel, profesor dan direktur edukasi musik. Keduanya dari Toronto University, ikut membidani produksi CD ini. Mereka serius. Mereka sadar akan anak kecil, bahkan yang masih belajar jalan berhak mendengarkan musik berkualitas indah dengan lirik yang fun, cerdas dan menghibur. Mereka percaya anak memiliki daya serap informasi yang luar biasa asal dibiasakan dari kecil.


CD ini betul-betul menginpirasi saya. Saya memesan beberapa CD Fisher Price dengan tema berbeda. Sebagai seorang ibu baru dan juga pencipta lagu, hal ini membuat saya gelisah. Lalu membuat lagu anak-anak menjadi salah satu mimpi saya. Butuh waktu empat tahun lebih untuk mengumpulkan lagu, mengaransemen dan menggodoknya di studio rekaman. Saya pilih tema lingkungan. Kenapa? Lingkungan adalah tema krusial di dunia pada saat ini. Sejak Al Gore membawa isu tentang global warming di 2006, isu ini kemudian menjadi isu yang paling seksi sekaligus menggelisahkan. Tema lingkungan juga adalah sebuah tema yang membosankan untuk diangkat (dalam lagu). Yang paling penting, saya ingin anak saya menghargai ibu bumi sejak dini. Ini menjadi tantangan tersendiri

Butuh waktu cukup lama untuk menggali ide dan meramu formulanya. Melakukan riset dan bertanya sana-sini pada teman-teman yang kaya ide. Saya harus memilih dan memilah kata-kata yang mudah, ringan, tapi pas, dan terkesan tak menggurui anak, tapi fun! Tantangan lainnya adalah membuat notasi yang mudah diingat dan didengar. Satu persatu lagu dengan tema lingkungan yang aktual terkumpul. Tema tentang 3R (reduce reuse recycle), tren bersepeda sampai tema terumbu karang.

Penyanyi favorit saya, Jack Johnson, beberapa tahun lalu juga pernah membuat album anak untuk soundtrack film Curious George. Jack bernyanyi bersama anak-anak, mendidik anak melalui musik. Konsep ini yang saya ambil. Saya bernyanyi dengan anak-anak, Suara Anak Bumi.

Lagu-lagu saya aransemen di studio rumah dengan alat seadanya. Pelan dan sabar. Niat saya adalah ingin membuat musik yang bagus untuk anak saya dan generasinya
Anggapan bahwa musik anak cukup seadanya, yang kemudian berujung pada musik anak beraliran disco koplo yang gembira, saya hindari. Saya ingin anak saya dan teman-temannya (generasinya) mendengarkan musik anak Indonesia yang beragam. Saya masukkan beragam jenis musik, dari jazz, reggae, etnik jawa. rock, hip hop, blues. Mengutip ucapan Gugun dari Gugun Blues Shelter, “Yang penting musik dan lagunya kids-friendly.”

Di Januari 2012, saya memberanikan diri untuk menggodok album ini di studio rekaman betulan (bukan studio rumah Sawangan). Saya memberanikan diri meminta teman-teman musisi (Potlot & Bop) membantu rekaman live. Saya hanya berani menjanjikan uang transportasi seadanya. Mereka membantu dengan semangat. Ternyata ada bagian dari diri masa kecil kami yang ikut bersenang-senang dalam proses rekaman di studio. Berbagai eksperimen suara dan notasi aransemen asyik kami ekplorasi.
Sebelumnya, pada Oktober 2011 lahir ide untuk membuat buku anak bertema edukasi lingkungan, yang rencananya akan dirilis tandem dengan album anak. Tema cerita buku sama dengan tema lagu. Sebagai alternatif cara belajar, bisa lewat buku bacaan dan juga lewat lagu (musik). Stella Ernest, seorang ilustrator perempuan dari Bogor yang sedang hamil besar, membantu saya menerjemahkan ke dalam bahasa gambar anak. Proses menulis buku dan menyuntingnya membutuhkan waktu enam bulan.

Sebanyak delapan lagu sudah digodok di studio rekaman. Saya masih belum punya ide ke mana atau bagaimana menjual, mendistribusikan dan mempromosikan album anak ini. Saya (sok) yakin saja. Salah satu obsesi terpendam saya (dari ratusan obsesi) adalah saya ingin sekali para musisi kelas super Indonesia terlibat di album anak ini. Tak sampai tiga menit untuk merayu jagoan-jagoan ini: Dewa Budjana, Indra Lesmana, Gugun (GBS), Iwa K, Riza Arshad, Indra Q, Reza Achman, Iwan Kribo langsung setuju untuk ikut terlibat.

Saya sendiri memberi kebebasan seribu persen kepada mereka untuk mengisi. Para musisi ini sudah mempunyai anak, mereka cukup khatam dunia anak. Maka dengarlah Dewa Budjana memainkan dawai gitar pada lagu “Pohon Teman Kita”, Indra Lesmana asyik berselancar pada lagu “Badu”, Gugun bermain blues pada lagu “3R” dan Iwa K ngerap puitis pada lagu “3R” serta Sheryl bergitar lele pada lagu “Surga Laut.”

Album Lagu untuk Bumi dan buku Bumiku lestari sudah dirilis. PR berikutnya adalah mempromosikan dan menjual/mendistribusikan produk ini. Maka berbagai cara saya lakukan. Melobi para sponsor, mengetuk pintu demi pintu, merayu wartawan untuk menulis berita, mengirim buku dan CD pada kawan-kawan yang mempunyai anak dengan harapan ada opini (promosi di media sosial).

Kemudian seorang kawan lama/penulis/pembisik ide yang saya kirimkan buku dan CD untuk anaknya yang belum berusia dua tahun menuliskan kesan dan opininya di Twitter, “Pagi yang menyenangkan. Dapat paket dari @oppieandaresta album lagu anak dan buku. Langsung diputar, Kaia sontak tertawa dan menari. Ahaii!”

Kemudian, “Jenis musik rap, rege, blues, rock ada di album anak @oppieandaresta. Siapa bilang anak-anak cuma senang jenis musik ala kadarnya?

Lalu, ” Tak usah bicara hal besar dan bombastis kl mau kasih kontribusi ke negeri. Cd, buku, dan workshop keliling @oppieandaresta contohnya.” 

Sumber : RollingStone Magazine

Tidak ada komentar:

Posting Komentar